Selasa, 28 Juni 2011

FoCoPreTion Metode Alternatif Dalam Meningkatkan Kompetensi Mendiskripsikan Benda

FoCoPreTion Metode Alternatif Dalam Meningkatkan Kompetensi Mendiskripsikan Benda

I.         PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang diajarkan di SMP. Tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMP adalah mengembangkan kemampuan komunikatif siswa dan keterampilan berbahasa Inggris yang dikembangkan meliputi keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara ( Halim, 1980 ). Keempat keterampilan bahasa tersebut berkaitan satu sama lain. Menyimak berkaitan dengan berbicara karena keduanya menggunakan media lisan. Sedangkan membaca  berkaitan dengan menulis, karena keduanya menggunakan media visual. Menyimak dan membaca  merupakan keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis keduanya merupakan keterampilan produktif. (Widdowson, 1983)
Keterampilan membaca merupakan serangkaian keterampilan yang memiliki peranan unik dalam aktifitas pembelajaran kebahasaan, terutama bila dikaitkan dengan kegiatan membaca untuk memahami berbagai bidang. Menurut Warncke dan Shipman (1984 : 144 ), keterampilan belajar dapat membantu seseorang membaca untuk belajar.
Menurut Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, mengajaran bahasa Inggris di SMP meliputi interpersonal dan transactional, short fungtional text, dan teks monolog yang terdiri dari descriptive, procedure, recount, narrative, dan report, yang masing-masing memiliki tingkat keunikan tersendiri.
Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SMP adalah siswa mampu berkomunikasi secara sederhana yang diinterpretasikan dalam teks interpersonal dan transactional,  short functional text, mampu memahami teks descriptive dan atau mendiskripsikan sesuatu yang diinterpretasikan dalam descriptive text,
Namun pada kenyataan yang dijumpai di SMP Negeri 2 Klego jauh dari harapan dan tujuan kurikulum. Misalnya dalam memahami  salah satu jenis teks, yaitu descriptive siswa seringkali kurang berhasil. Hal ini dikarenakan sebagian besarsiswa belum mendapatkan pelajaran bahasa Inggris pada waktu di sekolah dasar.
Penulis mencoba mewawancarai siswa yang baru saja mengikuti ulangan akhir semester gasal, mereka mengaku paling sulit mengerjakan soal soal teks monolog, terutama yang berbentuk deskriptif. Penulis berkeyakinan hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa untuk memahami teks deskriptif.  Namun penulis berkeyakinan apabila guru mampu mengaplikasikan teknik-teknik yang menarik dan tepat, pemahaman teks dekriptif tidak sesulit itu bagi siswa.
Atas dasar pemikiran itulah maka penulis mencoba merancang model pembelajaran yang menarik  untuk mempermudah memahami teks deskriptif,  melalui alat peraga  FoCoPreTion.

B.  Rumusan Masalah
       Berdasar latar Belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah:
1.      Apakah metode FoCoPreTion mampu meningkatkan keterampilan mendeskripsikan benda pada siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Klego?
2.      Apakah metode FoCoPreTion mampu mengubah perilaku belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego pada kompetensi mendeskripsikan benda? 

C.  Tujuan
1.         Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan kemampuan mendiskripsikan benda dengan menggunakan metode FoCoPreTion kelas VII A SMP Negeri 2 Klego
2.         TujuanKhusus
a.       Mengetahui besar peningkatan kompetensi mendiskripsikan benda dengan menggunakan metode FoCoPreTion kelas VII A SMP Negeri 2 Klego?
b.      Memaparkan perubahan perilaku belajar siswa dengan menggunakan metode FoCoPreTion pada kompetensi mendeskripsikan benda siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego.

D.  Manfaat Penelitian
       Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan memiliki manfaat untuk menambah pengetahuan terkait dengan proses pembelajaran dalam mengembangkan kompetensi mendeskripsikan benda pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego. Sedangkan manfaat secara praktis yang dapat dipetik adalah: Bagi siswa peningkatan kompetensi mendiskripsikan benda dengan menggunakan metode FoCoPreTion kelas VII A SMP Negeri 2 Klego. Bagi guru dapat menemukan cara pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kompetensi mendeskripsikan benda dengan metode FoCoPreTion. Bagi sekolah sebagai masukan untuk memotivasi dan memfasilitasi guru dalam melakukan pembelajaran yang inovatif, menarik, efektif, efisien, dan menyenangkan.

II.      KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori
1.   Hakekat Teks Deskriptif
Pada dasarnya tujuan teks Deskriptif adalah untuk memberi informasi. Faktor kontekstual/konteks social jenis teks ini adalah suatu pemerian/deskripsi benda, hewan, atau manusia yang khusus (sesuatu benda tertentu, hewan peliharaan kita atau seseorang yang kita kenal baik), berbeda dengan report, yang merupakan deskripsi sesuatu yang bersifat lebih umum (misalnya suatu spesies hewan tertentu, arsitektur zaman tertentu, dan lain-lain).Hubungan antara penulis/pengarang dan pembaca (Tenor) dalam teks Deskriptif adalah sebagai seseorang yang berwenang (authority) dan pembaca/pendengar yang tidak dikenal (unknown readers/listeners). Medium yang digunakan untuk teks deskriptif tertulis adalah ensiklopedia, majalah ilmiah, buku teks, dan teks-teks sejarah struktur generik teks Deskriptif adalah sebagai berikut :  Classification atau Definition.
Description of features in order of importance.Kosakata yang sering digunakan dalam teks Deskriptif adalah kata-kata yang berkaitan dengan nama-nama tempat: lokasi, tujuan, kegunaan, tampilan, dan bukti-bukti masa sekarang kalau diperlukan (Untuk bangunan). Untuk hewan, kata-kata yang digunakan adalah yang mendeskripsikan klasifikasi, penampilan, habitat, perilaku, siklus hidup, dan kegunaannya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa netral/objektif.
Teks Deskriptif sering menggunakan salah satu bentuk be: present mau pun past dan salah satu bentuk have. Tense yang sering dipakai adalah present tense, tetapi sesekali juga menggunakan past tense jika hal yang dideskripsikan sudah tidak lagi ada. Bentuk pasif juga sering digunakan.


2. Hakikat Metode FoCoPreTion
            FoCoPreTion adalah metode pembelajaran yang merupakan gabungan beberapa metode yaitu: Fo= Word Formation yaitu kata gabungan. Dalam kegiatan Fo siswa dituntut mampu menemukan,mengeksplorasi kata-kata terkait dengan salah satu objek /benda, misalnya kucing. Kata terkait kucing diantaranya: moustache, sharp sight, long tail, mammal, dan lain-lain. ‘Co’ dari kata Collaboration yang artinya bekerjasama.Dalam kegiatan ini dikembangkan keterampilan life skill siswa, terutama untuk social skill dan academic skill, agar mampu mengksplor kemampuan diri melalui kegiatan diskusi, saling menghargai,percaya diri untuk mengemukakan pendapat, dan belajar menjadi pendengar yang baik di dalam kelompok mereka masing-masing. ‘Pre’ Adalah Presentation dikandung maksud agar supaya siswa memiliki kepercayaan diri untuk kemukakan pendapat di depan kelas. ‘Ion’ adalah Confirmation. Setelah belajar mempresantasikan hasil karya mereka, pada kegiatan berikutnya siswa diajak bersama-sama untuk mengambil kesimpulan dari materi yang dibahas. Biasanya simpulan atau penegasan dilakukan oleh guru, namun pada metode FoCoPreTion ini guru mengajak siswa untuk bersam-sama menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Kegiatan ini diharapkan agar siswa mampu berpikir kreatif, analitis, dan evaluatif. 
Untuk lebih rincinya FoCoPreTion akan diurai satu persatu berikut:
a.         Word Formation
Word Formation atau pembentukan kata adalah  penciptaan kata baru. Pembentukan Kata kadang-kadang dikontraskan dengan perubahan semantik, yang merupakan perubahan dalam arti kata tunggal. Garis antara pembentukan kata dan perubahan semantik kadang-kadang sedikit buram; apa pandangan satu orang sebagai penggunaan baru dari sebuah kata tua, orang lain mungkin melihat sebagai sebuah kata baru yang berasal dari salah satu yang lama dan identik dalam bentuk; lihat Konversi (linguistik). Pembentukan Kata juga bisa kontras dengan pembentukan ekspresi idiomatic, meskipun kadang-kadang kata-kata dapat membentuk dari frase multi-word; lihat Senyawa (linguistik) dan Pendirian (linguistik).
Sebuah nama yang tepat adalah beralih ke kata benda umum.
Anda adalah Shakespeare baru (berubah menjadi kata benda umum dan memiliki sebuah artikel. Kadang-kadang kata benda tersebut ditulis dengan awal yang kecil.
b.      Collaboration
Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
Collaboration atau kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan  apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
Istilah kolaborasi atau kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok balk kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (subsub). Kelompok bisa dibuat berdasarkan: 1) Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogin dalam belajar. 2) Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama. 3) Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan. 4) Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokkan dalam satu kelompokan sehingga memudahkan koordinasi kerja. 5) Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain. 6) Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita.
Sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogin, baik dari segi kemapuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik).
Dalam upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat diidentifikasi yang mana perlu peningkatan. Sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Pengenalan terhadap kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat penting karena :memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok, memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan “social loafing”, yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan.



a.         Presentation
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.
Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga, untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu). Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di Indonesia antara lain James Gwee, KH Abdullah Gymnastiar, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, Gede Prama, dan masih banyak lagi. Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi.

b.      Confirmation
Confirmation atau konfirmasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah penegasan atau member penguatan tentang sesuatu berita. Konfirmasi dalam hal ini adalah menegaskan atau menggarisbawahi,member penguaatan tentang materi atau pokok bahasan sehingga memberikan kejelasan yang lebih gambling. Tahapan konfirmasi sangat diperlukan dalam pembelajaran agar supaya tidak ada keraguan dalam diri siswa dalam pengambilan keputusan. Konfirmasi ini bisa dilakukan oleh guru, namun dapat pula dilakukan oleh siswa tentu saja dengan bantuan guru.


B.     Kerangka Berpikir
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah keterampilan mendeskripsikan benda rendah atau kurang. Kurangnya kemampuan tersebut dikarenakan oleh adanya sistem pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa kurang diberi kesempatan yang leluasa dalam berlatih mendeskripsikan benda , sehingga siswa pasif, tak tertantang untuk berkarya, khususnya mendeskripsikan benda
Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik status sosial, ekonomi, bakat, minat, kemampuan kognitif, emosional, dan sebagainya. Sehingga guru harus dapat mengantarkan siswa untuk dapat menguasai segenap kompetensi yang seharusnya dimilikinya. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Keberhasilan siswa dalam keterampilannya dalam mendeskripsikan benda merupakan masalah yang harus segera diatasi. Peran serta siswa harus benar-benar dapat ditingkatkan, guru harus segera mengambil langkah tepat untuk melatih siswa dalam mendeskripsikan benda melalui pengunaan metrode FoCoPreTion.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan metode FoCoPreTion dapat meningkatkan keterampilan merndeskripsikan benda dengan lebih baik..
Jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut:











 















Gambar : 1 Alur berpikir mendeskripsikan benda

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan metode FoCoPreTion dapat meningkatkan keterampilan mendeskripsikan benda bagi siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego, Kabupaten Boyolali.

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan metode FoCoPreTion dapat meningkatkan keterampilan mendeskripsikan benda bagi siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego, Kabupaten Boyolali


III.   METODE PENELITIAN

A.      Seting Penelitian
1.         Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul FoCoPreTion metode alternatif dalam Peningkatan Keterampilan mendeskripsikan benda ini, dilakukan pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Klego Pelajaran 2009/2010.
2.         Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan pada semester genap bulan Martet sampai dengan April 2010.
B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII A  semester 2 SMP Negeri 2 Klego Kabupaten Boyolali.
1.      Karakteristisk Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris (Kolaborator)
Penelitian ini bersifat kolaboratif. Guru yang sekaligus sebagai peneliti dan seorang guru mata pelajaran bahasa Inggris bernama Yuni Artiningsih, S.Pd. sebagai kolaborator.
2.      Karakteristik Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Klego.
Siswa kelas VII A berjumlah 27 orang, terdiri dari 14 perempuan dan 13 laki-laki dengan latar belakang pekerjaan orang tua 74% (20 orang) buruh tani dan 18% (5 orang) bakul, dan 7%  (2 orang) pegawai. Sedangkan tingkat kecerdasan rendah karena sebagian besar belum diajarkan bahasa Inggris waktu di Sekolah Dasar.
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran keterampilan mendeskripsikan benda.
C.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian difokuskan pada situasi kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar peserta didik semakin meningkat.
Penelitian ini bersifat kolaboratif, melibatkan guru bahasa Inggris lain sebagai kolaborator. Peran guru dan peneliti sejajar artinya guru juga sebagai peneliti selama penelitian berlangsung. Rancangan utama dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat tahap, yaitu planning, acting, observing, dan reflecting. Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan beberapa kali sesuai dengan tingkat keberhasilan penanganan masalah yang dipilih untuk diatasi.  Di dalam penelitian ini terdapat dua siklus.
1.      Siklus pertama, FoCoPreTion dengan menggunakan guiding questions.
2.      Siklus kedua, FoCoPreTion dengan langsung mendeskripsikan benda baik benda nyata ataupun gambar.
Secara rinci langkah-langkah siklus tersebut terlihat dalam gambar berikut:






 


                                                                Indikator tercapai/belum
                 


Gambar 2: desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggart
Keterangan gambar:
1.      Plan: (perencanaan tindakan): menerapkan metode FoCoPreTion  dalam pembelajaran mendeskripsikan benda
2.      Act & Observ: (pelaksanaan tindakan dan observasi) : pelaksanaan metode FoCoPreTion  dalam pembelajaran mendeskripsikan benda.
3.      Reflect: (Analisis dan Refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penerapan metode FoCoPreTion  yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II, dan seterusnya.
4.      Review plan: (Perencanaan tindakan berikutnya) menerapkan metode FoCoPreTion dalam pembelajaran mendeskripsikan benda untuk siklus berikutnya.
D.      Data dan Sumber Data
Data yang didapat berupa data kuantitatif dan kualitatif yaitu:
1.      Hasil belajar
Data prestasi dasar atau prestasi terdahulu yaitu nilai semester satu, data uji coba kemampuan menulis sebelum pelaksanaan tindakan, dan nilai hasil tes keterampilan mendeskripsikan benda tiap-tiap siklus.
2.      Data pelaksanaan hasil belajar
Data ini berupa hasil pengamatan terhadap siswa dan hasil pengamatan terhadap guru.
3.      Data refleksi siswa dan guru
Data ini berupa catatan lapangan yang memuat perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang menjadi objek penelitian dan seluruh anggota peneliti, antara lain sebagai berikut:
1.      Informan atau narasumber yang terdiri dari guru bahasa Inggris SMP Negeri 2 Klego.
2.      Pertemuan kegiatan belajar mengajar keterampilan mendeskripsikan benda di kelas VII A SMP Negeri 2 Klego.
3.      Arsip atau dokumen resmi mengenai kurikulum dan perangkat pembelajaran, berupa pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, buku sumber, benda nyata serta gambar sebagai alat peraga.
E.       Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa mendeskripsikan benda. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran mendeskripsikan benda. Adapun penjelasan teknis tes dan nontes. Teknik Tes dengan  kemampuan mendeskripsikan benda dan pemberian tugas dimaksud untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Pada siklus pertama, FoCoPreTion dengan bantuan guiding questions.. Pada siklus kedua, FoCoPreTion diterapkan dengan mendeskripsikan secara langsung tentang objek yang diberikan, baik berupa benda nyata ataupun gambar. Teknik Nontes yang digunakan adalah observasi, wawancara, jurnal, dan dokumen foto.
F.     Instrumen Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan dua instrumen yaitu tes dan nontes. Berikut ini penjelasan masing-masing instrumen tersebut.
G.      Validitas Data
   Data yang diperoleh oleh peneliti akan diperiksa keabsahannya dengan triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan trianguasi metode pengumpulan data. Pada triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan pengecekkan informasi antara peneliti dengan informan, sedangkan pada triangulasi metode, dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari suatu teknik/ metode pengumpulan data dengan informasi serupa yang diperoleh dengan metode wawancara, observasi, kajian dokumen, dan pemberian tugas.  
H.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan adalah teknik analisis kritis komparatif. Teknik analisis tersebut mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data (MC Niff dalam Sarwiji Suwandi), 2008:32).

I.       Prosedur Penelitian

         Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut ini. Tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
J.        Indikator Kinerja
        Penelitian ini dikatakan berhasil apabila :
1.           setelah diberlakukan tindakan pembelajaran dengan metode FoCoPreTion, keterampilan mendeskripsikan benda meningkat dengan nilai rata-rata semula hanya 40 menjadi 70 atau lebih.
2.            timbul motivasi belajar meningkat menjadi lebih 70% dari jumlah siswa di kelas dalam mengembangkan atau mendeskripsikan benda baik secara individu maupun kelompok, dengan adanya penerapan metode FoCoPreTion.


IV.   HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan I ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Rabu, 17 Maret 2010 dan Jum’at, 19 Maret 2010 sesuai dengan jadwal pelajaran. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah mendeskripsikan benda. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa tentang tema pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.
2)      Guru mengelompokkan siswa satu kelompok empat orang .Guru memberikan task 1 yaitu tentang words formation tema hewan untuk didiskusikan dalam kelompok.
3)      Guru menugasi masing-masing kelompok untuk mempresantasikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain (karya kunjung)
4)      Guru menugasi masing-masing kelompok untuk menyelesaikan Task 2 yaitu menjawab pertanyaan atas bacaan yang telah disediakan.
5)      Guru menugasi siswa untuk membahas hasil kerja kelompok dengan caramenukarkan hasil kerja kelompok dengan kelompok lain.
6)      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk merangkai jawaban dalam Task 2 menjadi sebuah paragraf padu.
7)      Guru dan siswa mendiskusikan kesimpulan pembelajaran dan memberi tahu tiga besar nilai yang terbaik dari kelompok siswa yang tampil.
8)      Guru mengakhiri dengan memberi tugas untuk pertemuan berikutnya.

B.     Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan II ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Maret 2010.  Jam pertama di depan Polsek Banyudono, sedangkan jam kedua di sungai sebelah barat SMP Negeri 1 Banyudono. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus II ini, pembelajaran langsung dilakukan oleh siswa yang dipandu oleh ketua kelompok. Tugas guru hanya sebagai fasilitator dan setelah proses pembelajaran melakukan wawancara kepada beberapa siswa.
Materi pada pelaksanaan tindakan II ini adalah menulis parikan dengan tema yang telah ditentukan. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah berikut ini.
1)        Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa tentang tema pembelajaran yang berkaitan dengan parikan yang akan dibuat.
2)        Guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang akan dicapai.
3)        Guru menjelaskan tentang parikan.
4)        Guru menugasi masing-masing kelompok untuk melakukan pencarian parikan yang terdapat pada buku/majalah/lagu yang telah disediakan oleh guru dan mendiskusikan dengan teman sekelompok. Ini adalah tagihan tugas yang diberikan guru sesuai pertemuan siklus I.
5)        Guru menugasi masing-masing kelompok tersebut untuk menyanyikan salah satu lagu Jawa yang mengandung parikan.
6)        Guru dan siswa menuju lokasi pembelajaran yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
7)        Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat parikan sederhana dengan kalimat sendiri sesuai tema yang ditentukan.
8)        Melengkapi parikan anak yang belum selesai.
9)        Secara kelompok siswa berkompetisi menempelkan hasil penulisan parikan yang telah berhasil disusun.
10)     Guru dan siswa mendiskusikan simpulan pembelajaran dan memberi tahu tiga besar nilai yang terbaik dari kelompok siswa yang tampil.
11)     Guru memberi umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dengan mengadakan evaluasi.
12)     Guru menilai hasil evaluasi.
13)     Guru menekankan kepada siswa untuk dapat membuat parikan anak secara individu di rumah.
14)     Guru mengakhiri dengan memberi tugas untuk pertemuan berikutnya.

V.      SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.    Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Penerapan model pembelajaran FoCoPreTion ternyata mampu meningkatkan keterampilan mendeskripsikan benda. Hal ini terindikasi adanya peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil keterampilan siswa mendeskripsikan benda yang runtut, baik, dan benar, pada siklus I adalah 48,74% yang mencapai batas ketuntasan (11 siswa dari 27 siswa), pada siklus II yaitu 96,297% siswa mencapai batas ketuntasan (26 siswa dari 27 siswa). Ini menunjukkan bahwa siswa tampil secara berkelompok dapat meningkatkan pemahaman dan kelancaran siswa mendeskripsikan benda dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar.
2.    Telah terjadi perubahan perilaku yang luar biasa pada siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam proses apersepsi, pada siklus I siswa yang aktif 88,89%, namun pada siklus II terjadi tidak ada perubahan.
3.    Pada proses FoCoPreTion. menuntut guru untuk berperan aktif sebagai fasilitator, nara sumber, dan konselor kelompok. Guru menyajikan beberapa pengetahuan seraya mendorong mereka untuk mencari pengetahuan sendiri. Guru memperhatikan berbagai kriteria agar berhasil proses instruksionalnya dengan merumuskan topik word formation dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa, membentuk kelompok yang seimbang baik akademis maupun social untuk menggali kemampuan collaboration, serta memfasilitasi dan mendorong siswa untuk melakukan presentation, serta menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya, serta melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.

B.     Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut:
1.        Bagi Siswa
a.    Siswa diharapkan dapat bekerja sama selama kegiatan diskusi dan sewaktu mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya.
b.   Siswa diharapkan aktif dan mau berfikir keras sehingga hasil yang didapat sesuai yang dikehendaki.
c.    Siswa yang tidak tampil, hendaknya memperhatikan dan menyimak kelompok siswa yang sedang tampil mempresentasikan hasil karyanya



2.      Bagi Guru
a.    Guru hendaknya memonitor dan membimbing kelompok siswa yang mengalami kesulitan sewaktu berdiskusi.
b.    Guru hendaknya memotivasi siswa agar aktif selama proses pembelajaran.
c.    Guru hendaknya mengarahkan siswa agar bekerja sama selama kegiatan diskusi dan sewaktu mereka tampil dengan kelompoknya.
d.   Guru hendaknya mengubah pembelajaran mendeskripsikan bendas yang teacher-centered menjadi student-centered dengan menerapkan metode FoCoPreTion.